Batasan Dalam Berinteraksi Dengan Lawan Jenis


Allah Azza wa Jalla membicarakan tentang perjalanan Musa a.s yang mengagumkan dalam surat Al-Qasas. Dan salah kisah yang difirmankan-Nya dalam surat Al-Qasas adalah ketika Musa melarikan diri dari Mesir setelah tanpa sengaja membunuh seseorang dengan meninjunya. Pada akhirnya Musa sampai ke Sungai Madian. Ketika tiba di Sungai Madian dia menemukan sekumpulan orang sedang memberi minum domba-domba mereka disana. Dan di puncak bukit tak jauh dari sana, dia melihat dua wanita yang sedang menarik domba-domba mereka, karena domba-domba mereka bergerak mendekati sungai. Musa melihat dari jauh dengan keheranan karena kedua wanita itu kesusahan dengan domba mereka, sedangkan yang lainnya dengan nyaman memberi minum hewan mereka di sungai. Jadi Musa menghampiri keduanya dan berkata “Ada yang bisa kubantu?”

Dalam hal ini sudah ada pelajaran yang bisa kita petik. Pria harus punya rasa hayaa’ (kesantunan), pria seharusnya menjaga ucapannya, menundukkan pandangannya, dan sebagainya. Namun ketika seseorang sedang dalam masalah, tidak ada salahnya anda menawarkan bantuan. Tapi anda harus memperhatikan diri dan tidak boleh melanggar batasan-batasan syariat. Anda tidak boleh berbicara melampaui batas dan menggoda mereka. Anda cukup berkata “Ada yang bisa kubantu?”

Kita lanjutkan ceritanya. Kemudian kedua wanita itu menjawab “Kami tidak bisa memberi makan domba kami sampai domba-domba milik orang lain selesai. Ada banyak pria di sungai itu, namun mereka kurang baik. Mereka hanya memberi minum ternak mereka dan tidak membolehkan kami turut serta. Kami tidak ingin berselisih dengan mereka, jadi kami akan menunggu sampai mereka semua selesai meskipun sampai sore. Barulah kami akan memberi minum domba-domba ini.”

Ternyata itulah sebabnya mereka menarik-narik domba-domba mereka. Domba-domba mereka melihat air dan berusaha mendatanginya, sehingga mereka harus menarik domba-dombanya. Mereka menjelaskan “Ayah kami sudah tua dan tidak bisa bekerja lagi untuk mengurus hewan ternak.” Jadi ayah mereka punya dua orang putri. Karena ayah mereka sudah tua, maka mereka berdua harus bekerja.

Dan hal ini seringkali terjadi pada banyak orang, mungkin karena situasi ekonomi atau karena situasi keluarga, entah karena perceraian, karena meninggalnya suami, karena hanya ada seorang wanita di rumah yang mengurus keluarga, atau orangtua yang sudah renta sehingga putri mereka yang harus bekerja. Wanita boleh bekerja dan ini bukan sesuatu yang dilarang agama kita. Al-Qur’an sendiri membicarakan hal ini. Tapi ada etika yang harus diperhatikan. Apa yang Allah firmankan tentang kedua wanita tersebut dalam surat al-Qasas sangat menjelaskan prinsip-prinsip hayaa’ (kesantunan).

Karena ketika seorang wanita berada di tempat kerja, akan datang situasi dimana mungkin ada godaan untuk melanggar prinsip-prinsip syariat, godaan untuk melanggar standar kesantunan, dsb. Tapi selama seorang wanita berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariat, maka dia masih bisa menyelesaikan pekerjaannya. Ini mungkin terasa tidak nyaman, sebagaimana kedua wanita itu juga tidak nyaman, tapi tetap saja prinsip ini tidak boleh dilanggar.

Jadi Musa a.s memberi domba-domba itu minum dan membawanya kembali. Kemudian dia kembali duduk.
Jadi dalam kisah ini ada pelajaran yang sangat berharga. Kisah ini benar-benar menunjukkan bahwa akan ada situasi yang selalu terjadi. Situasi itu adalah saudari kita, putri kita, ibu kita, mungkin harus bekerja, dan ketika mereka bekerja, mereka harus tahu caranya bersikap.

Pahamilah ketika kedua wanita ini berkata pada Musa, mereka tidak tahu bahwa dia seorang nabi. Jadi mereka memperlakukannya sebagaimana mereka memperlakukan pria lainnya. Dengan sangat tegas mereka memberitahunya “Kami tidak akan turun ke bawah sebelum para pria disana selesai. Dan apakah anda tidak tahu bahwa ayah kami adalah syekh besar?” Mereka begitu pintar, karena kata “Syekh” dalam bahasa Arab berarti “pria tua” tapi kata ini juga berarti “Orang yang mempunyai status sosial yang tinggi.” Jadi seakan-akan mereka berkata “Hey, anda tampak seperti pria besar. Tapi sebelum anda macam-macam dengan kami, ketahuilah bahwa ayah kami adalah syekh yang hebat. Hanya karena kami bekerja disini, itu bukan berarti tidak ada yang menjaga kami, karena ada syekh besar di rumah kami.” Subhanallah.

Jadi mereka mampu bersikap dengan percaya diri dan baik. Aku berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla semoga kita bisa membesarkan putri-putri yang percaya diri dan mempunyai hayaa’. Selain itu, semoga mereka dapat berhubungan dengan dunia luar dengan cara yang baik dan sehat. Aku juga berdo’a agar para ayah dapat melakukan tugas yang baik seperti pria tua itu, dimana dia bisa menyuruh kedua putrinya keluar, meskipun tahu bahwa pria-pria di luar sana tidak terlalu baik pada wanita, namun tahu bahwa kedua putrinya bisa menjaga diri mereka sendiri.

Dan jika ada yang berkata “Kedua gadis ini pastinya tomboy. Mereka pasti mempunyai kepribadian seperti laki-laki dan tidak pemalu.” Tapi ayat selanjutnya memberitahu kita bahwa “Salah satu dari mereka kembali lagi dengan berjalan malu-malu.” Salah satu gadis itu berjalan menuju Musa a.s. dan berkata “Ayahku memanggilmu dan ingin membalas jasamu atas kebaikan yang anda berikan pada kami.” Jadi gadis itu kembali dengan malu-malu dan punya kesantunan. Allah memberitahu kita bahwa pada satu sisi mereka percaya diri, mereka mudah bergaul, namun di sisi lain, kualitas dari rasa malu mereka juga disebutkan ketika mereka berhubungan dengan pria non-mahram.

Ini adalah kisah singkat yang sangat indah, menggarisbawahi beberapa prinsip moral dan etika tentang interaksi antara pria dan wanita di tempat kerja. Semoga Allah Azza wa Jalla menuntun pria dan wanita yang berada di tempat kerja, dan membantu mereka agar jangan pernah melanggar prinsip syariat ketika bekerja.

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page Lampu Islam: facebook.com/LampuIslam

Batasan Dalam Berinteraksi Dengan Lawan Jenis Rating: 4.5 Diposkan Oleh: o

0 komentar:

Posting Komentar